Mahmud Jauhari Ali
Abstrak
Pur sinupur/Bapupur di piring karang/Bismillah aku bapupur/Manyambut cahaya si bulan tarang/Pur sinupur/Kaladi tampuyangan/Bismillah aku bapupur/Banyak urang karindangan…. Bait tersebut merupakan lantunan jampi-jampi Banjar yang sudah ada sejak dulu. Kita tahu bahwa jampi-jampi Banjar telah digunakan untuk berbagai kesempatan sejak dahulu kala, antara lain, untuk membantu bayi kelahiran, membuat badan kebal senjata, dan membuat anak berhenti menangis. Selain itu, jampi-jampi Banjar yang berkembang di masyarakat Banjar digunakan juga sebagai alat untuk mengungkapkan nilai sosial-kebudayaan. Melalui jampi-jampi Banjar, kita bisa menelusuri nilai kebudayaan yang lebih mendalam yaitu kepercayaan atau agama. Lewat jampi-jampi Banjar, kita juga bisa mengetahui agama yang pernah ada di masyarakat Banjar. Dalam jampi-jampi Banjar terdapat pengaruh unsur agama Kaharingan, Melayu dan Jawa budha, dan Islam. Di antara seluruh Banjar Kuala, Banjar Hulu, dan Banjar Batang Banyu, tiga unsur agama yang ada atau pernah ada adalah Kaharingan, Budha, dan agama Islam.
Selain agama-agama tersebut dan hal-hal gaib, jampi-jampi Banjar merupakan bagian kesusasteraan lisan orang Banjar. Jampi-jampi Banjar bisa dimasukkan ke dalam sajak lama orang Banjar. Sajak lama ini sudah diciptakan dan dibaca oleh orang Banjar untuk berbagai kesempatan sejak zaman dulu. Penciptaan dan pembacaan jampi-jampi ini menunjukkan bahwa orang Banjar sudah bersastra khususnya dalam menciptakan dan membacakan sajak lama dalam bentuk jampi-jampi Banjar. Kita juga bisa menyebutkan bahwa jampi-jampi Banjar merupakan bukti bahwa orang Banjar sudah menjadi ahli dalam bidang kesusasteraan, dalam hal ini, sajak lama. Kita harus melestarikan jampi-jampi Banjar karena selain berfungsi sebagai alat sosial budaya dan juga bermanfaat dalam mengeksplorasi nilai agama masyarakat Banjar. Melalui jampi-jampi Banjar kita bisa membuktikan bahwa orang Banjar sudah bersastra sejak zaman dulu. Pelestarian jampi-jampi Banjar dapat dilakukan dengan cara mendokumentasikan jampi-jampi dalam bentuk buku yang akan dengan mudah dibaca oleh orang Banjar dan orang-orang umum. Pelestarian yang terbaru berhubungan dengan jampi-jampi orang Banjar adalah dengan cara melanjutkan kebiasaan membaca puisi seperti yang sudah dilakukan oleh orang Banjar sejak dulu. Bentuk pelestarian yang nyata dan yang lebih langsung adalah dengan cara menciptakan sajak yang mirip secara kontemporer.
Kata kunci: jampi-jampi, orang Banjar, bait-bait yang ditulis dengan baik, kesusasteraan, pelestarian Continue reading →